Namaku Tasya, aku seorang murid SMA di daerah Bandung, aku mempunyai kekurangan yaitu kaki kiriku tak bisa berjalan pada akhirnya aku menggunakan tongkat untuk membantuku berjalan,tapi walaupun aku cacat tapi aku tak pernah putus asa karna ada sahabat yang selalu ada untukku, dia bernama Fahrani tapi, biasanya di panggil Fani.
“Tasya.”Fani memanggilku.
“Kenapa Fan?, kan masih pagi masa udah kangen sama aku,,,”jawab Tasya sambil meledek”
“Huhh pede gila, siapa lagi yang kagen sama kamu”jawab Fani agak kesal”
“Lah tadi manggil-manggil tuh kenapa kalau bukan kangen” jawab Tasya meledek lagi”
“Ihhh kamu tuh ya, aku tuh panggil kamu karna Pak Didin nyariin kamu, katanya si ada urusan yang sangat-sangat-sangat penting” ucap Fani yang berlagak seperti Cinta laura”
“Huuhhh lebay.., tapi kenapaya Pak Didin nyariin aku…!! Astagfirullah..Ooohhh iya aku lupa tadi pas aku baru dateng, Pak Didin nyuruh aku mesenin nasi uduk sama teh anget di warungnya bu Ijah.”Jawab Tasya kelabakan
“Terus udah kamu pesenin?? Tanya Fani”
“Belum, aku lupa”..jawab Tasya sambil cengar-cengir”
“Ya ampun dasar kamu Sya, pantes aja tadi Pak Didin kayak Harimau belum di kasih makan, eh ternyata bener belum di kasih makan, ya udah sekarang gini aja kamu temuin Pak Didin bilang ajah kalau kamu lupa terus biar aku yang ke warungnya bu Ijah” Fani pun memberi solusi”
“Kamu ke warungnya Bu Ijah ngapain?? Tanya Tasya ke bingungan”
“Ya ampun ni anak masih belum ngerti juga ya..aku kesana mesenin makanan buat Pak Didinlah”
“Alhamdulillah aku punya sahabat yang bisa mengerti aku,,” bisiku dalam hati”
Setelah bel istirahat berbunyi aku dan Fani berjalan menuju kantin sekolah.
“Gimana tadi di omelin sama Pak Didin nggak?? Tanya Fani meledek”
“Huhhhh untung aja Pak Didin nggak marah sama aku, soalnya tadi aku sengaja masuk ke kantornya bareng Bu Sofie,” jawab Tasya sambil cengar-cengir”
“ Loh apa hubunganya sama Bu Sofie?? Fanipun kebingungan”
“Halooo kemana ajah buuu, masa si nggak tau kalau Pak Didinkan naksir berat sama Bu Sofie”
“Ohh…ya maaf deh kan aku belum denger gosip tentang itu” Fanipun agak kesal”
“Hai bu, tuh bukan gosip lagi kali tapi fakta, fakta!!!
“Ko??” Fani semakin bingung.
“Kan tadi udah aku buktiin kalau Pak Didin nggak bisa marah sama murid kalau ada Bu Sofie”jawab Tasya sambil tertawa geli.
“Udah ah ketawa mulu, oh ya Sya tapi kamu jangan marah ya!!
“ Kenapa aku harus marah, ada apa si?? Tasya semakin bingung”
“Kamu sebenernya mau nggak bisa jalan normal??
“ Emm..aku si mau tapi apakah aku bisa !!
“ Pasti kamu bisa Sya, gimana kalau kamu aku bantuin, jadi setiap seminggu aku tiga hari ke rumahmu special buat bantu kamu belajar”
“Duh kayaknya nggak mungkin deh Fan!!”jawab Tasya yang sudah putus asa
“Kenapa nggak mungkin, kan Allah menyuruh hambanya buat berdoa dan berikhtiar, jadi nggak ada salahnya kan kamu mencoba belajar berjalan” Fanipun memberikan semangat”
“Emm,..gimanaya” ya udah deh aku coba!! Tasyapun mulai terbujuk”
Fanipun menepati janjinya setiap tiga kali seminggu ia datang kerumahku dan kadang-kadang ia mengajaku pergi ketaman untuk membantuku menggerakan kaki kiriku agar aku bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat dan supaya aku dapat kembali menjadi cewek yang normal.
Tak terasa sudah dua setengah tahun aku bersahabatan dengan Fani, dan Alhamdulillah kaki kiriku yang tadinya tidak bisa di gerakan samasekali sekarang sedikit-sedikit sudah mulai bisa di gerakan, karna selama ini Fani mendorongku supaya aku mau berjalan tanpa menggunakan tongkat, awalnya aku juga ragu untuk melakukanya tapi Fani terus memberikan aku semangat kalau aku pasti bisa sembuh, dan dia berjanji kepadaku untuk mengajaku mengendarai sepeda dan menaiki perahu bebek yang ada di danau dekat taman belakang sekolah, di situ sering ada karnaval setiap dua bulan sekali.
Mataharipun mulai terbit, yang berarti kalau aku harus segera bangun dan segera pergi ke sekolah, entah kenapa hari ini aku begitu semangat mungkin karna sebentar lagi karnaval, yang berarti Fani harus menepati janjinya, jadi aku harus lebih giat lagi belajar berjalanya supaya karnaval kali ini tidak akan terlewat lagi.
“Duh tumben bangetya si Fani hari ini ngak masuk sekolah padahal dia paling anti banget sama yang namanya bolos,apa dia sakitya?? “ Tasyapun berfikir”
“Sya tumben sendirian aja, mana si Fani?? Tanya Naila teman sekelasku dan Fani”
“Nggak masuk!!
“Kenapa dia sakit??
“ Duh kurang tau tuh,,,!! Jawab Tasya dengan kebiasaanya(cengar-cengir)
Sudah seminggu Fani tidak masuk sekolah, ketika Tasya dan teman-temanya ke rumah Fani tapi ternyata di rumahnya kosong, tidak ada orang dan Tasyapun berusaha menghubungi HPnya tapi nomernya tidak aktif.
Tiba-tiba ketika Senin pagi Fani datang ke sekolah,,,
“Fani….” Tasyapun memanggilnya”
“Ya apun Fan kamu kemana si, aku telephone nggak aktif, aku kerumahmu nggak ada orang, kamu sebenarnya kemana dan kenapa si?? Tasyapun mulai panik”
“ Nggak ko aku nggak kemana-mana, aku juga nggak kenapa-napa ko!! Ucap Fani yang berusaha meyakinkan Tasya kalau dirinya itu tidak kenapa-napa”
“Terus kamu kenapa, seminggu nggak masuk sekolah??
“ Emmm itu, karna aku pergi kerumah saudara aku, iya bener saudara aku!! Fanipun berusaha mencari jawaban”
“Ohh aku kirain kamu kenapa, tapi kenapa kamu nggak bilang-bilang sama aku??
“Itu karna aku perginya dadakan jadi nggak sempat bilang sama kamu!!
“Ohya Fan Alhamdulillah sekarang aku bisa berjalan tanpa meakai tongkat lagi, jadi aku rasa bulan ini kamu bisa menepati janjimu mengajaku pergi ke karnaval,” Tasyapun bersemangat”
“Okey kamu tenang aja Sya,” Ucap Fani meyakinkan Tasya”
Satu bulanpun hampir berlalu, dan Fanipun semakin jarang masuk sekolahnya, paling dia hanya masuk tiga kali seminggu, ketika Tasya bertanya kenapa akhir-akhir ini Fani jarang masuk, Fani hanya menjawab ada urusan keluarga yang sangat penting, Tasya si hanya bisa mencoba percaya karna Tasya tidak mau di tuduh jadi orang yang bawel dan karna ia tiadak mau kehilangan Fani sahabat satu-satunya. Ketika pas hari karnaval tiba Tasyapun bertanya kepada Fani,
“Fan entar sore jadikan kita ke karnavalnya, jangan lupa loh sama janji kamu…” Tasyapun mencoba mengingatkan Fani”
“Okey kamu tenang aja, nanti sekitar jam empat kita ketemuan di danau”
“ Sippp deh…”jawab Fani
Tasyapun sengaja datang lebih awal, karna dia tak sabar menunggu untuk belajar mengayuh, jam tanganpun mulai menunjukan pukul empat tepat, tapi Fani belum terlihat juga batang hidungnya. Waktupun terus berjalan jam tanganpun sudah menunjukan pukul empat lebih tiga puluh menit.
“Duh udah setengah lima si Fani ko belum dateng juga ya, mana udah mau hujan lagi,??” ungkap Tasya yang semakin gelisah menunggu datangnya Fani”
Tasyapun tetap sabar menunggu datangnya Fani, karna dia percaya kalau Fani akan menepati janjinya. Langitpun semakin mendung, awan semakin gelap dan hujanpun sudah mulai turun, tapi Tasya masih tetap sabar menunggu kedatangan Fani. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri Tasya dan ternyata ia adalah tukang penjaga bebek-bebekan.
“De ko hujan-hujanan,?? Tanya Pak Dirman (tukang perahu bebek)
“Emm, saya sedang menunggu teman pak,!! Jawab Tasya sambil menggigil”
“Ade yang namanya Tasya bukan??
“Iya saya Tasya, ko Bapak bisa tau nama saya?? Tasyapun kebingungan”
“Tadi ada cewek yang nitipin surat ini ke saya, katanya tolong kasih ke Tasya!”
“Cewek,!! Namanya siapa, terus dia nitipin surat ini ke Bapak kapan?? Tasyapun semakin bingung”
“Kalau nggak salah namanya Fani, dia nitipin surat ini sekitar jam satu siang tadi” jawab Pak Dirman”
“Fa,Fani bener Pak cewek itu namanya Fani, Bapak yakin?? Tasyapun kaget”
“Iya betul ko de, kalau ade nggak percaya coba ade lihat di amplop surat itu di situ tetulis dari Fanikan?? Pak Dirman meyakinkan Tasya.
“Iya Pak bener ini dari Fani, yaudah makasih ya Pak!!
Tasyapun semakin bingumg kenapa Fani pake acara ngirim surat segala, kalau mau membatalkan janjikan tinggal bilang saja tadi pas di sekolah kalau tidak kan bisa melalui sms, karna semakin penasaran Tasyapun membaca surat tersebut.
Dear Tasya sahabatku
Maaf kalau aku tidak bisa datang dan maaf juga kalau aku tak bisa menepati janjiku untuk mengajakmu naik perahu bebek,dan maaf banget karna selama ini aku sudah bohong sama kamu tentang alasan aku sering tidak masuk sekolah, sebenarnya selama ini aku tidak masuk karna aku sering masuk ke rumah sakit,karna sebenarnya sudah semenjak tiga tahun yang lalu aku mengidam penyakit tumor otak dan pada akhir-ahir ini penyakitku sering kambuh dan kata dokter penyakitku sudah stadium empat, sekali lagi aku minta maaf karna tidak bisa menepati janjiku, karna tadi setelah pulang sekolah aku langsung di bawa ke rumah sakit dan sebelum aku berangkat aku menitipkan surat ini ke Pak Dirman, karena kata dokter aku harus tetap berada di rumah sakit supaya pengawasan ku bisa 24 jam, dan mungkin tadi terakhir kalinya aku masuk sekolah karna mungkin hidupku sudah tidak ada harapan lagi, maaf kalau aku pamitan padamu harus dengan cara seperti ini, oh ya aku minta tolongya titipkan salamku buat teman-teman yang lain karna tadi aku belum sempat pamitan pada mereka. Mungkin sampai di sini aku pamitan sama kamu Sya, ada satu hal yang aku minta sama kamu, aku harap kamu bisa melupakan aku, hapuslah diriku dari hidupmu anggaplah kita tidak pernah saling bertemu, dan terima kasih kamu sudah mau menjadi sahabatku.
Dari: Fahrani (Fani)
Setelah membaca surat tersebut Tasya tak menyangka ternyata selama ini Fani lebih menderita dari pada dirinya,air matapun menetes Tasya hampir pingsan karna dari tadi dia hujan-hujanan dan karna dia kaget mengetahui kondisi sahabatnya sekarang, ketika ia hampir terjatuh Nailapun tiba-tiba muncul dan memapahnya.
“Tas,Tasya kamu nggak pa-pa, ngapain kamu hujan-hujanan ya ampun muka kamu pucet banget, ayo aku antar kamu pulang” ungkap Naila panik”
“Nai kamu tau nggak alamat rumah sakit si Fani di rawat,?? Tanya Tasya lemas”
“Nggak emangnya si Fani kenapa,??
“Dia sakit Nai, Tumor otak stadium empat!!jawab Tasya yang ia sendiripun tak percaya”
“Apa!! kamu serius Sya, gimana kalau sekarang kita ke rumah Fani, Eh enggak-enggak aku aja yang yang pergi kerumah Fani, tapi sebelumnya aku nganterin kamu pulang!!
“Nggak Nai, aku ikut aku mau tau keadaan Fani sekarang!! Tasyapun memaksa”
Akhirnya Tasya dan Naila pergi bersama ke rumah Fani, dan ketika tiba di rumah Fani, ternyata d rumahnya ada pembantunya dan pembantunya mengatakan kalau Fani di rawat di rumah sakit Mawar, Tasya dan Naila langsung pergi menuju ke rumah sakit tersebut, setelah tiba di rumah sakit dan setelah bertanya kepada suster Tasya langsung kamar di mana si Fani di rawat, mereka langsung menuju kamar yang sudah di beritahu oleh suster,ketika mereka tiba di kamar Fani di rawat, Tasya tak kuat lagi untuk membendung air matanya,karna ia melihat Fani sedang tidak sadarkan diri, tiba-tiba ada seseorang yang menyapa Tasya.
“De, kamu yang namanya Tasya bukan?? Sapa seorang ibu-ibu,
“Iya, saya Tasya, tante siapaya??
“Saya mamahnya Fani, Fani sering cerita tentang kamu, dia senang sekali karna dia punya sahabat seperti kamu!!
Obrolan merekapun terputus, karna dokter mengizinkan keluarga boleh menjenguk Fani, setelah minta izin dengan mamahnya Fani Tasya langsung masuk ke kamar Fani di rawat. Fani yang saat itu sudah mulai sadarkan diri, dia merasa kaget dengan kedatangan Tasya yang sedang berada di hadapanya saat ini.
“ Loh Tasya, ko kamu ada di sini?? Tanya Fani bingung”
“Kamu jahat Fan, kamu sudah bohongin aku!! Ucap Tasya sambil menangis”
“Maaf Sya,terpaksa!!
“Terus kenapa kamu, menyuruh aku melupakan dirimu, kenapa Fan, kenapa kamu setega itu?? Air mata Tasyapun semakin deras”
“Itu karna, aku nggak mau kamu menangis dengan kepergianku Sya, aku mau kamu ngerti” Fanipun mulai menangis”
“Kamu nggak akan pergi kemana-mana Fan, kamu pasti bisa sembuh kaya aku,,”
“Itu beda Sya, penyakitku udah stadium empat, bahkan harapan juga sudah tidak ada Sya, sekarang yang aku mau kamu jangan pernah tangisi kepergianku, kamu harus terus hidup Sya, walaupun tanpa aku, please Sya dan aku minta tolong, tolong jaga keluarga aku ya”jawab Fani
Sejenak semua terdiam, kata-kata tak ada yang terucap, ternyata itu adalah kata-kata terakhir Fani, tangisanpun semakin ramai terdengar, ucapan perpisahanpun belum sempat terucap. Tasya yang tak kuasa melihat ke adaan sahabatnya yang kini terbaring kaku tak berdaya, dan yang kini telah meninggalkan dirinya untuk selamanya.
"Karyaku: Berlia Pardyani"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar