Psikologi
humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun
1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang
pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti :
Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi
profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan
manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan,
cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
a)
Konsep dasar pandangan humanistic eksistensial
tentang kepribadian
·
Pandangan Tentang Sifat Hakiki
Manusia
Gerakan eksistensial berarti rasa hormat pada seseorang, menggali
aspek baru dari perilaku manusia dan metode memahami manusia yang beraneka
ragam. Falsafah eksistensial memberikan landasan bagi pendekatan terapeutik
yang memfokuskan pada individu-individu yang terpecah serta bersikap asing
antara satu dengan yang lain yang tidak melihat adanya makna dalam lingkungan
keluarga serta system sosial yang ada pada waktu itu. Falsafah itu timbul dari
keinginan untuk menolong orang dalam mengarahkan perhatian pada tema dalam
hidup. Yang diperhatikan adalah orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hal
mendapatkan makna dari tujuan hidup dan dalam hal mempertahankan identitas
dirinya (Holt, 1986).
b)
Unsur-unsur Terapi
1.
Munculnya Gangguan
Model humanistik
kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar
konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia
untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak
pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan
realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta
merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi
kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan
masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan
humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang
muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
2.
Tujuan Terapi
Tujuan dari konseling eksistensial, yaitu:
a. Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan
pertumbuhan.
b.
Menghapus penghambat-penghambat
aktualisasi potensi
pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan
memperluas kesadaran diri.
c.
Membantu klien agar bebas dan
bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
3.
Peran Terapis
Konselor
percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang
kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang
tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May
dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas
konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara
penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing
klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab
berhubungan dengan si klien itu (Yalom, 1980).
c)
Teknik-teknik terapi Humanistik
Eksistensial
Teknik-teknik yang digunakan
dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1. Penerimaan
2.
Rasa hormat
3.
Memahami
4.
Menentramkan
5.
Memberi dorongan
6.
Pertanyaan terbatas
7.
Memantulkan pernyataan dan
perasaan klien
8.
Menunjukan sikap yang
mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9.
Bersikap mengijinkan untuk apa
saja yang bermakna.
SUMBER
Corey, G. 1986. Theory and
practice of counseling and psychotherapy. Monterey, California: Brooks/ Cole
Publishing Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar