1.
Apa itu stress ? efek dari stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi
maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Menurut Robbins (2001) stress juga dapat
diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam
mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat
batasan atau penghalang.
“ General Adaption Syndrom”
Adalah reaksi
fisiologis dan psikobiologis yang ditimbulkan akibat stress. Contohnya
hilangnya nafsu makan, melemahnya otot, menurunnya minat, perasaan cemas, dan
sebagainya. GAS diperkenalkan oleh Hans De Selye pada tahun 1920.
Hans De Selye menjelaskan model GAS dalam 3 (tiga) model tahapan:
1. Tahap Peringatan
Ini adalah tahap awal di mana
tubuh langsung bereaksi terhadap penyebab stress (stressor). Setelah bertemu
stressor, tubuh bereaksi dengan respon "fight-or-flight response"
(melawan atau lari) dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik. Jika ada ancaman
atau bahaya, tubuh akan mengeluarkan hormon seperti hormon kortisol dan
adrenalin untuk mengatasi rasa cemas atau takut. Pada tahap ini pertahanan
tubuh dikerahkan untuk menghadapi stressor, akibatnya kemampuan imun dapat
menurun. Jika stressor hilang, maka tubuh akan kembali normal.
2. Tahap Pertahanan
Pada tahap ini, sistem saraf
parasimpatis kembali ke tingkat normal, sementara tubuh memfokuskan kekuatan
menghadapi stressor. Reaksi tubuh naik melebihi batas normal, kadar glukosa
darah, kortisol dan adrenalin tetap tinggi, namun penampilan luar organisme
tampak normal. Reaksi yang berlebihan ini untuk melawan penyebab ketegangan
sehingga diharapkan akan ada penyesuaian.
3. Tahap Kelelahan
Pada tahap ini stress berlangsung
cukup lama. Tubuh tidak mampu menyingkirkan stressor, akibatnya tubuh terus
menerus membuat pertahanan ataupun perlawanan. Perlawanan yang yang dilakukan
terus menerus menyebabkan kelelahan pada tubuh. Ketahanan tubuh (imun)
berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali. Pada tahap ini dapat muncul berbagai
macam penyakit, seperti diare, gatal-gatal, mual, tekanan darah tinggi hingga
penyakit jantung.
Menurut Hans Selya membagi
stress membagi stress dalam 3 tingkatan:
a.
Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang,
dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif,
misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b.
Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi
diatasi.
c.
Optimal
stress atau
Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan
respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan
memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan
berani bersaing.
2.
Faktor-faktor individual dan social yang menjadi
penyebab stress
Menurut Robbins (1998),
mengemukakan faktor–faktor yang dapat menimbulkan dan menyebabkan stres kerja
antara lain:
Faktor lingkungan
Dimana perubahan yang terjadi
secara tidak pasti dalam lingkungan organisasi dapat mempengaruhi tingakat
stres dikalangan karyawan. Contohnya: keamanan dan keselamatan dalam lingkungan
pekerjaan, perilaku manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam
lingkungan pekerjaan.
Faktor organisasional
Seperti tuntutan tugas yang
berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kurung waktu tertentu.
Faktor individual
Situasi atau kondisi yang
mempengaruhi kehidupan secara individual seperti faktor ekonomi, keluarga dan
kepribadian dari karyawan itu sendiri.
3.
Tipe-tipe Stress Psikologi
*Tekanan: Yang dimaksud dengan tekanan
(stress) adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh
keras-lembutnya arus ujaran .
*Frustasi: dari bahasa latin frustratio, adalah perasaan kecewa akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya, semakin besar frustrasi dirasakan. Rasa frustrasi bisa menjurus ke stress. Frustasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh.
*Frustasi: dari bahasa latin frustratio, adalah perasaan kecewa akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya, semakin besar frustrasi dirasakan. Rasa frustrasi bisa menjurus ke stress. Frustasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh.
*Konflik: timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau
lebih macam-macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu
:
a. Approach-approach conflict
Terjadi apabila individu harus memilih satu diantara
dua alternatif yang sama-sama disukai.
b. Avoidance-avoidance conflict
Terjadi bila individu
dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi.
c.Approach-avoidanceconflict
Merupakan situasi
dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar
dari seseorang atau suatu objek yang sama.
*Kecemasan: keadaan mendadak yang
menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi,
kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi.
4.
Symtom-Reducing Responses terhadap stress,
mekanisme pertahanan diri dan strategi coping untuk mengatasi stress “minor”
Individu yang mengalami stress
tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap
individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme
pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk
dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1. Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang
digunakan individu untuk menghadapi orang lain dengan membuatnya menjadi
kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh
kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain.
3. Overcompensation/ reaction
formation
Perilaku seseorang yang gagal
mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya
berlawanan dengan tujuan pertama.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme
sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan
pengembangan kegiatan yang konstruktif.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme
perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri
atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.
6. Introyeksi
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam
pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain.
7. Reaksi konversi
7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan
konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar
saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan
berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran,
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam
tidak sadar dan dengan sengaja melupakan.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik,
impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan
hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku
penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku
seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari
pergaulan dengan lingkunganya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang
menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi.
13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang
selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak
terpuji.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang
orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif
yang aktif (terbuka).
#Pendekatan problem
solving terhadap stress
Selain mekanisme pertahanan diri
yang digunakan untuk mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena
adanya stressor, individu dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang
spontan untuk mengatasi stress “minor”.
#Startegi coping yang
spontan mengatasi stress
Coping strategy merupakan koping
yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau
stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan
beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan
cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan
menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu
stimulan yang memberikan wellness dan prestasi. Stres “minor” merupakan stres
yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang merasakannya.
Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot, telat datang
ke kantor, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi stres minor, individu dapat
mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup
yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres. Relaksasi dan meditasi
juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”.
5.
Pendekatan problem solving terhadap stress,
bagaimana meningkatkan toleransi stress
Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah
dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga
dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan
masalah dan membuat kita stress, lebih baik kita berdoa dan memohon petunjuk
dari yang Maha Kuasa.
Kesimpulan
Jadi, stress
dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat
mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung
bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu
tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya. Stress juga memiliki beberapa factor yaitu, Faktor lingkungan, factor
organisasional dan factor individual. Stress jga terbagi menjadi beberapa tipe
yaitu, Frustasi, Kecmasan, Konflik dan Tekanan. Mulai sekarang lebih baik kita
tidak terlalu membebani diri dengan yang namanya masalah, karena jika berujung
pada suatu kondisi yang menjadikan kita stress banyak hal-hal yang merugikan
kita. Jika kita banyak masalah atau mempunyai masalah yang sangat berat,
belajarlah untuk terbuka terhadap orang lain seperti kepada orang tua, teman
dll yang kita bisa mempercayainya. Agar masalah yang sedang kita hadapi
tersebut bisa sedikit terselesaikan karena siapa tau kita bisa mendapatkan
nasihat-nasihat yang dapat membantu menyelesaiakan masalah kita tersebut.
REFRENSI
http://lidya-amanda-dhita.blogspot.com/2013/04/stress.html