Jumat, 26 April 2013

Stress




1.      Apa itu stress ? efek dari stress

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
 
“ General Adaption Syndrom”
Adalah reaksi fisiologis dan psikobiologis yang ditimbulkan akibat stress. Contohnya hilangnya nafsu makan, melemahnya otot, menurunnya minat, perasaan cemas, dan sebagainya. GAS diperkenalkan oleh Hans De Selye pada tahun 1920. Hans De Selye menjelaskan model GAS dalam 3 (tiga) model tahapan:

1. Tahap Peringatan

Ini adalah tahap awal di mana tubuh langsung bereaksi terhadap penyebab stress (stressor). Setelah bertemu stressor, tubuh bereaksi dengan respon "fight-or-flight response" (melawan atau lari) dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik. Jika ada ancaman atau bahaya, tubuh akan mengeluarkan hormon seperti hormon kortisol dan adrenalin untuk mengatasi rasa cemas atau takut. Pada tahap ini pertahanan tubuh dikerahkan untuk menghadapi stressor, akibatnya kemampuan imun dapat menurun. Jika stressor hilang, maka tubuh akan kembali normal.

2. Tahap Pertahanan

Pada tahap ini, sistem saraf parasimpatis kembali ke tingkat normal, sementara tubuh memfokuskan kekuatan menghadapi stressor. Reaksi tubuh naik melebihi batas normal, kadar glukosa darah, kortisol dan adrenalin tetap tinggi, namun penampilan luar organisme tampak normal. Reaksi yang berlebihan ini untuk melawan penyebab ketegangan sehingga diharapkan akan ada penyesuaian.

3. Tahap Kelelahan
Pada tahap ini stress berlangsung cukup lama. Tubuh tidak mampu menyingkirkan stressor, akibatnya tubuh terus menerus membuat pertahanan ataupun perlawanan. Perlawanan yang yang dilakukan terus menerus menyebabkan kelelahan pada tubuh. Ketahanan tubuh (imun) berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali. Pada tahap ini dapat muncul berbagai macam penyakit, seperti diare, gatal-gatal, mual, tekanan darah tinggi hingga penyakit jantung.

Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan:

a.       Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.

b.      Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi.

c.       Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.

2.      Faktor-faktor individual dan social yang menjadi penyebab stress

Menurut Robbins (1998), mengemukakan faktor–faktor yang dapat menimbulkan dan menyebabkan stres kerja antara lain:

Faktor lingkungan
Dimana perubahan yang terjadi secara tidak pasti dalam lingkungan organisasi dapat mempengaruhi tingakat stres dikalangan karyawan. Contohnya: keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan pekerjaan.

Faktor organisasional
Seperti tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kurung waktu tertentu.

Faktor individual
Situasi atau kondisi yang mempengaruhi kehidupan secara individual seperti faktor ekonomi, keluarga dan kepribadian dari karyawan itu sendiri.

3.      Tipe-tipe Stress Psikologi

*Tekanan: Yang dimaksud dengan tekanan (stress) adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh keras-lembutnya arus ujaran .

*Frustasi:  dari  bahasa latin frustratio, adalah perasaan kecewa akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya, semakin besar frustrasi dirasakan. Rasa frustrasi bisa menjurus ke stress. Frustasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri  atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh.

*Konflik: timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu :

a. Approach-approach conflict
Terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai.  
b. Avoidance-avoidance conflict
 Terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi.
c.Approach-avoidanceconflict
Merupakan situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama.

*Kecemasan: keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi.

4.      Symtom-Reducing Responses terhadap stress, mekanisme pertahanan diri dan strategi coping untuk mengatasi stress “minor”

Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:

1.       Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
 2.      Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain.
3.      Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
4.      Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif.
5.      Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. 
 6.      Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. 
 7.      Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8.      Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan.
9.      Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.
10.  Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
11.  Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya.
12.  Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi.
13.  Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
14.  Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka).

#Pendekatan problem solving terhadap stress
Selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi stress “minor”. 

#Startegi coping yang spontan mengatasi stress
Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi. Stres “minor” merupakan stres yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot, telat datang ke kantor, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres. Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”.

5.      Pendekatan problem solving terhadap stress, bagaimana meningkatkan toleransi stress
Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan masalah dan membuat kita stress, lebih baik kita berdoa dan memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa.

Kesimpulan

Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya. Stress juga memiliki beberapa factor yaitu, Faktor lingkungan, factor organisasional dan factor individual. Stress jga terbagi menjadi beberapa tipe yaitu, Frustasi, Kecmasan, Konflik dan Tekanan. Mulai sekarang lebih baik kita tidak terlalu membebani diri dengan yang namanya masalah, karena jika berujung pada suatu kondisi yang menjadikan kita stress banyak hal-hal yang merugikan kita. Jika kita banyak masalah atau mempunyai masalah yang sangat berat, belajarlah untuk terbuka terhadap orang lain seperti kepada orang tua, teman dll yang kita bisa mempercayainya. Agar masalah yang sedang kita hadapi tersebut bisa sedikit terselesaikan karena siapa tau kita bisa mendapatkan nasihat-nasihat yang dapat membantu menyelesaiakan masalah kita tersebut.

REFRENSI


http://lidya-amanda-dhita.blogspot.com/2013/04/stress.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar